Wednesday, April 2, 2014

Bye Yummy, I'm Sorry

Bismillah...

Pagi ini saya bangun seperti biasa, rencana dari minggu lalu saya akan pulang pagi ini. Tapi seperti biasa pula tiap pagi mata selalu berat, terbesit untuk mengubah rencana pulang sore saja, ah tapi tidak, kalo sore biasanya hujan dan badan sedang recovery Kawah Ratu kemarin. Saya lekas bersiap, packing mandi sarapan, kalau terlalu siang biasanya ada polisi jaga jalanan, razia. Saya seorang yang bebal memang, nunda-nunda bikin sim. Mungkin kalo semudah belanja online, saya udah gonta-ganti sim, hehe. Ah... Suasananya tidak cocok untuk bercanda sekarang.

Jam 9 kurang 5 menit.

Saya mengeluarkan motor dan menyalankan mesin. Manasin. Tapi saya lupa mengambil jas hujan yang dijemur di atas. Dan disitulah, saat saya pamit dengan teman, saya mendengar teriakan bu rohayan, ibu yang bekerja bersih-bersih kosan. Saat itu juga saya berlari dan ikut berteriak sekuat saya bisa. Yummy dibawa pergi beserta packingan saya dan 5 buku perpus. Untung tas berisi laptop dan dompet tidak saya cantolkan di motor.

Saya berlari tapi tidak kelihatan lagi. Orang-orang memperhatikan dan saya hanya teriak 'maling' 'motor saya' 'mio' dan beberapa orang ikut mengejar. Saya lemas dan mulai menangis terduduk di tengah jalan. Harusnya saya ikut mencari bersama orang-orang itu. Beberapa saat kemudian teman kosan yang mendengar mulai keluar menghampiri saya, seorang ikut mencari. Tapi saya tidak yakin, yummy bisa ditemukan.

Kita lewati saja cerita lapor polisi dan tanya-tanya warga. Saat ini setiap memejamkan mata saya masih ingat suara deru yummy dibawa kabur dan teriakan saya yang tidak sekencang itu untuk dapat menghentikan si pencuri. Saya takut.

Yummy, terima kasih sudah menemani saya, maaf karena saya tidak menjaga kamu dengan baik.

Saya sadar saya sangat bersalah. Karena yummy adalah hasil bapak dan kakak. Dan ini semakin memberatkan saya karena sangat bersalah. Ikhlas kehilangan jauh lebih mudah, tapi rasa bersalah.

Siang setelah pulang ke rumah saya segera minta maaf sama bapak, dan beliau hanya tertawa dan bilang, "namanya juga musibah". Saya menangis lagi. Bersalah lagi. Dan ini rasanya lebih berat dari kehilangan handphone saat 3 SMP.

Dan ketika sms ke kakak karena tidak berani minta maaf ditelpon, dia bilang "yaudah biarin. Doain aja gue rejekinya lancar jadi bisa cepet nikah. Lain kali jangan ceroboh!".

Respon-respon ini semakin memberatkan. Sebenarnya sangat membantu dan positif. Tapi saya semakin merasa bersalah. Ya. Mungkin ada beberapa hal yang Allah ingin ingatkan. Segera lulus, segera kerja, segera ganti uang mereka. Segera tingkatkan sunnah, tingkatkan sedekah.

Bye, Yummy. I'm sorry.
I love you Bapak, Mama, Kamega, Demita.

I'll do more. I'll do best.