Bismillah...
Saya baru kerja jalan minggu ke-4, tapi terinspirasi akan chat @jojopurba malam ini saya mau share saja. Untung2 ada yg baca dan bermanfaat.
Apply di tempat saya bekerja sekarang saya bahkan lupa. Waktu menjawab telpon panggilan interview nya bahkan saya bertanya hampir tiga ulangan "maaf, darimana?" sambil berfikir 'kapan saya apply kesini?'. Akibat terlalu banyak apply dan sebagian besar program management trainee. Maklum. Terbiasa suka percepatan gitu... Oke lanjut.
Jadi. Menjadi jobseeker ternyata penuh tantangan. Dan bagi saya, tidak mudah. Ketika itu saya sudah banyak apply via website lowongan kerja 'J' karena bulan Juli-Agustus itu website lowongan kampus sedang sepi-sepinya. Kalo ada biasanya batas waktunya September. Saya yang waktu itu punya target untuk tidak terlalu lama menganggur, inisiatif saja kerja part time jadi data collector sebuah perusahaan start up IOS app selama Juli-Agustus. Lumayan isi waktu yang bermanfaat dan menghasilkan receh, tetapi monoton. Saat itu saya semakin yakin, saya tidak akan cocok jadi staff yang jobdesc-nya jelas dan cenderung monoton.
Singkat cerita. Selama proses menjadi jobseeker, saya sudah beberapa kali gagal. Seinget saya di bank swasta M, manufaktur footwear N, dan purchasing perusahaan gula S. Pada akhir Agustus barulah ada 2 proses yang sangat menarik dan menjadikan September 2014, bulan yang paling menentukan fase hidup saya sesudah S1. Saya menjalani proses rekrutmen di bank BUMN M dan di perusahaan saya bekerja sekarang, R. (Sengaja saya tidak lafalkan supaya tidak masuk google. Halah.)
Selama proses rekrutmen itu saya menjadikan bank BUMN M menjadi prioritas dan perusahaan R sebagai 'yang kedua'. Namun, seiring jalannya proses rekrutmen yang panjang, terjadilah observasi. Terutama lingkungan kerja yang bagi saya menjadi poin pertimbangan yang penting, bahkan krusial. Gaji adalah variabel yang paling penting. Tapi bagi saya, lingkungan kerja adalah juga variabel penting.
Jika kalian juga sedang atau telah menjalani proses sebagai jobseeker. Sebaiknya juga melakukan observasi kecil-kecilan tentang poin apa yang menjadi penting untuk kalian pertimbangkan, di luar kontrak kerja.
Dan begitu. Perusahaan R memberikan saya kepastian yang tidak saya terima di perusahaan lain. Waktu itu ada 3 variabel. Gaji, lokasi, lingkungan kerja. Perusahaannya tidak harus besar, asal gaji besar, dekat rumah, dan lingkungan kerjanya sesuai. Perusahaan R sudah memberikan yang 2. Tinggal poin terakhir. Dan ia berhasil. Selama proses rekrutmen saya perhatikan, hanya perusahaan R yang memiliki lingkungan kerja nyaman yang berisi karyawan penuh energi positif dan ramah-tamah. This is it. Bahkan karyawan dan user selama proses rekrutmen. Another 'this is it'.
Goncangan tetap ada. Si bank yang selama ini menjadi prioritas berhasil saya tembus sampai tahap akhir, interview direksi dan medical check up. Selain itu ada juga panggilan di beberapa perusahaan seperti retail L dan C, induk perusahaan nanas kaleng G, serta perusahaan rokok S yang sama sekali saya tidak tertarik untuk geluti. Kecuali suatu hari Indonesia tidak menjadi pasar *curhat.
Tapi karena saya tidak neko-neko dan sebisa mungkin meminta izin Allah, sampailah saya pada tanggal penawaran kontrak (offering letter). Kemudian sebulan setelahnya saya taken kontraknya. Yang menarik adalah yang saya temukan setelah saya mulai bekerja. Bahwa perusahaan R mencari kandidat2nya berdasarkan bonding, ikatan.
Hal ini awalnya saya temukan saat taken kontrak. Ada dua orang lain dalam satu ruangan. Keduanya laki2. Saat itu, Ibu A sebagai HRD menjelaskan pada kami bertiga mengenai isi kontrak 2.5 tahun itu. Dua orang ini, selain saya, terus bertanya mengenai penjelasan gaji yang saat itu hanya dijelaskan lewat 1 kalimat dalam berlembar-lembar kontrak. Saya tidak larut dalam perdebatan mereka karena saya berinisiatif untuk bertanya sedikit lalu tanda tangan. Kemudian pada hari pertama saya bekerja, saya tidak menemukan mereka.
Sampai cerita ini saya ingin simpulkan beberapa poin. Pertama. Kebahagian saya dan kepuasaan saya, saya yang tentukan persyaratannya. Kedua. Tidak melulu harus cepat dan buru-buru. Seperti jodoh. Sampai suatu titik saya merasa cocok, maka saya akan pilih dia seizin Allah.
Well.
Selalu ada pelajaran di setiap pengambilan keputusan pada siapa yang mau belajar.
Semangat!
No comments:
Post a Comment