Bismillah...
Hi Good morning! Another post after long hiatus and depressed post. Hari ini gue gak bakal bahas yang aneh-aneh lagi.
Long short story, mid of September and early October menjadi puncak healing time gue. Dalam empat weekend berturut-turut gue benar-benar tidak memberi ruang untuk diri gue berdiam diri di rumah (sampe gue drop karena badan gue emang kurang suitable sama semangat gue). Di mulai dari tanggal 17 September dengan pemikiran yang rada galau tapi akhirnya gue tetap iya-kan ke Pulau Pramuka. Lanjut 24 September itu gue ke Madiun-Magetan dan di akhir September gue ke Konser Indie gitu meng-iya-kan ajakan random temen gue. Lalu first weekend of October gue ketemu temen lama gue dan kita ngobrol banyak hal. Tapi dari semua itu ga ada yang gue sesali. Gue justru sangat bersyukur karena gue merasa mendapatkan sesuatu, yah istilahnya gue kembali menerima diri gue sendiri. Mengalahkan diri gue yang lain yang destructive itu. Sepertinya masalah nya selama ini saat gue merasa terpuruk yang gue lakukan adalah menyendiri, sendirian, dan di situ-situ aja. Padahal kalo gue jalan keluar, melakukan banyak hal, jalan sama temen yang asik. Perspektif kita jadi bertambah dan kita bisa lihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. In the end, gue menjadi tidak menyesali apapun itu dan bersyukur. Alhamdulillah.
Secara klise bisa dikatakan kalau gue selama ini kurang mendekatkan diri sama Allah. Dan mungkin sebenernya gue rindu dan sangat ingin kembali dekat. Tapi masalah agama yang ghaib itu gue sangat lemah sehingga gue butuh tools untuk menuju kesitu dan ternyata caranya adalah dengan banyak melakukan hal positif. Gitu deh.
---
Nah pada post ini sebenernya gue mau membahas dan mempertanyakan 'Bagaimana ya cara mengedukasi ibu-ibu pengendara motor untuk tidak membiasakan menyebrang lurus dengan sekali gas.'
Selain angkot, bus, dan taksi, gue sangat mewaspadai pengendara wanita terutama ibu-ibu dan dedek-dedek gemes. Walaupun gue juga wanita yang mungkin juga diwaspadai oleh pengendara lain, tapi memang seperti itu adanya. Oya dan bapak-bapak gembul yang suka jalan pelan di tengah, rasanya pengen gue hantem pake klakson truk tronton supaya cepetan minggir. Jalan pelan-pelan di tengah (atau lajur kanan) itu menurut gue sama berbahaya nya dengan jalan ngebut di lajur kiri (atau bahu jalan).
Yang paling sering gue alami di jalan adalah rem mendadak di lajur kiri. Which is super berbahaya. Tau kan jalanan suka macet dan kadang pengendara motor memanfaatkan celah lajur kiri? Nah sering banget gue harus ikutan rem mendadak kalo di depan ada yang rem mendadak karena ada ibu-ibu pengendara motor tiba2 nyebrang.
Nyokap gue sendiri pernah kecelakaan cukup parah karena dia nyebrang lurus sekali gas, dan di lajur kiri ada motor yang ngebut ketutup angkot. Gue ga berani deh inget-inget lagi.
Technically kenapa gue bilang nyebrang lurus bagi motor itu berbahaya, karena nyebrang lurus itu kita menyebrangi dua jalan. Dua jalur. Beda dengan kalo kita mau nyebrang dari jalan, misal dari jalur kiri mau ke gang di sebelah kanan, kita hanya perlu menyebrangi satu jalur dan bisa berhenti lurus di tengah dulu, sampai sepi atau sampai ada yang ngasih kita lewat. Otomatis nyebrang lurus kita harus nyebrang dua jalur dan itu technically sama dengan dua kali nyebrang.
Lalu sama dengan menyebrang dengan berjalan kaki itu lebih safe ketimbang lari, itu sama banget dengan nyebrang lurus pake motor pelan-pelan dibanding sekali gas. Karena pengendara motor di lajur kiri itu yang perlu diwaspadai lebih, yang juga seharusnya waspada kalo ada mobil yang tiba-tiba berhenti di lajur kanan kemungkinan besar ada yang nyebrang. Jadi, sebaiknya nyebrang lurus pakai motor dilakukan pelan-pelan saja. Seperti jalan kaki. Tapi gue ga paham gimana cara mengedukasi ibu-ibu (yang kebanyakan) seperti ini. Gue banyak banget deh menemukan dan most of them itu ibu-ibu. Menurut hipotesa gue, ceelah, mereka cenderung sekali gas karena merasa susah untuk berhenti atau pelan-pelan di tengah. Karena motor nya jadi kaya ngalangin jalan kali ya, padahal engga kaya gitu. Pengendara yang berhenti untuk ngasih jalan engga akan nabrak kita kalau sudah berhenti. Jadi pelan-pelan saja.
Yah menurut gue, cara aman berkendara di jalanan Indonesia adalah dengan berkendara lebih waspada dan menghormati satu sama lain. Hehe.
Wednesday, October 12, 2016
Sunday, July 31, 2016
The Other Me
Bismillah...
Nowadays people keep asking 'kenapa sih lu, May?'. Unfortunately, I'm changing into a person I don't know either. Everytime I try to get to myself back, I get lost. Sometimes everythings feel so fine, and the next moment I am lost again.
I am trying hard to keep my mind straight. But everytime I push myself to that point, the rest are in pain. My heart, my soul, my body. When I feel I can't keep up with those pains, I loose. And the other me wins.
And then people will ask, 'kenapa sih lu, May?'.
The reasons are a lot. Those ups and downs, and the feeling of can't share those I feel, with my family. The burden of being all alone. The feeling of turn off life.
That's the other me.
I cant be with her. I wish her gone. She's destructive.
Nowadays people keep asking 'kenapa sih lu, May?'. Unfortunately, I'm changing into a person I don't know either. Everytime I try to get to myself back, I get lost. Sometimes everythings feel so fine, and the next moment I am lost again.
I am trying hard to keep my mind straight. But everytime I push myself to that point, the rest are in pain. My heart, my soul, my body. When I feel I can't keep up with those pains, I loose. And the other me wins.
And then people will ask, 'kenapa sih lu, May?'.
The reasons are a lot. Those ups and downs, and the feeling of can't share those I feel, with my family. The burden of being all alone. The feeling of turn off life.
That's the other me.
I cant be with her. I wish her gone. She's destructive.
Tuesday, July 26, 2016
Been A While, Buddy!
Bismillah...
Hi Buddy! How are you? I saw our latest posts was sooo desperate, rite? Thats true. The end of 2015 and early 2016 are my hardest part of my life. The moment I fought with my own self. The moment I try hard to be survived. The moment I try to believe in myself more.
And now, I thought everythings getting better. I feel more grateful and doing better. Try to sum up activities and choose things to select them as my happiness that I need to be grateful for, everyday. In that way, I will value myself more than before.
I spam a lot in my social media accounts but why bother much? Those are social media anyway. To socializing with each other rite? Not to always be silent reader everyday and night.
I start to meet my life tempo back. I try to keep up with that. Wish everythings getting much much better, ya May! Aamiin.
Hi Buddy! How are you? I saw our latest posts was sooo desperate, rite? Thats true. The end of 2015 and early 2016 are my hardest part of my life. The moment I fought with my own self. The moment I try hard to be survived. The moment I try to believe in myself more.
And now, I thought everythings getting better. I feel more grateful and doing better. Try to sum up activities and choose things to select them as my happiness that I need to be grateful for, everyday. In that way, I will value myself more than before.
I spam a lot in my social media accounts but why bother much? Those are social media anyway. To socializing with each other rite? Not to always be silent reader everyday and night.
I start to meet my life tempo back. I try to keep up with that. Wish everythings getting much much better, ya May! Aamiin.
Friday, February 5, 2016
Aku yang Salah
Pada akhirnya semua nya pergi.
Orang-orang yang pernah kubukakan pintu.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya melihat orang yang dikasihi pergi menjauh membelakangi kita.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya menutup pintu karena berharap suatu saat dia akan kembali.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya menahan untuk membuka pintu setiap terdengar ketukan dari luar.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya mengintip sejenak dan memberanikan diri untuk membuka kembali pintu itu.
Pada akhirnya, aku yang tidak pernah sadar.
Untuk tidak terlalu terburu-buru dengan waktu.
Pada akhirnya aku, yang selalu salah.
Aku yang salah.
Orang-orang yang pernah kubukakan pintu.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya melihat orang yang dikasihi pergi menjauh membelakangi kita.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya menutup pintu karena berharap suatu saat dia akan kembali.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya menahan untuk membuka pintu setiap terdengar ketukan dari luar.
Mereka tidak pernah tahu.
Sulitnya mengintip sejenak dan memberanikan diri untuk membuka kembali pintu itu.
Pada akhirnya, aku yang tidak pernah sadar.
Untuk tidak terlalu terburu-buru dengan waktu.
Pada akhirnya aku, yang selalu salah.
Aku yang salah.
Wednesday, January 27, 2016
Tik-tok, Tik-tok
Bismillah...
Tik-tok, Tik-tok
Dalam gelapnya pejamku sayup-sayup aku dengar satu suara 'tik-tok, tik-tok'. Pelan-pelan aku kuatkan lagi pendengaranku, sampai tiba di hati dan pikiran. Pelan-pelan kupilah-pilah perlahan. Mana suara hati dan mana suara pikiranku. Satu demi satu aku pisahkan. Supaya mereka tidak lagi menggangguku dalam tidurku. Dalam pejamku sebelum tidur.
Dan begitu terus setiap hari. Kupilah-pilah.
Kemudian aku dengarkan mereka pelan-pelan. Sampai mulai aku tandai mereka. Satu... dua... tiga... Ah tidak penting ada berapa mereka. Kadang sedikit kadang banyak tergantung seberapa berat aku berpikir dan merasa.
Dan begi terus setiap hari.
Sampai mulai aku merasa kadang mereka hidup dalam sadarku. Aku ada banyak.
Pikiranku mulai mendominasi. Dia tidak ingin penyakit hati ini terulang lagi sampai pertahanan kini menjadi lebih mengerikan rasanya.
Aku siapa?
Dan begitu setiap hari.
Tik-tok, Tik-tok
Dalam gelapnya pejamku sayup-sayup aku dengar satu suara 'tik-tok, tik-tok'. Pelan-pelan aku kuatkan lagi pendengaranku, sampai tiba di hati dan pikiran. Pelan-pelan kupilah-pilah perlahan. Mana suara hati dan mana suara pikiranku. Satu demi satu aku pisahkan. Supaya mereka tidak lagi menggangguku dalam tidurku. Dalam pejamku sebelum tidur.
Dan begitu terus setiap hari. Kupilah-pilah.
Kemudian aku dengarkan mereka pelan-pelan. Sampai mulai aku tandai mereka. Satu... dua... tiga... Ah tidak penting ada berapa mereka. Kadang sedikit kadang banyak tergantung seberapa berat aku berpikir dan merasa.
Dan begi terus setiap hari.
Sampai mulai aku merasa kadang mereka hidup dalam sadarku. Aku ada banyak.
Pikiranku mulai mendominasi. Dia tidak ingin penyakit hati ini terulang lagi sampai pertahanan kini menjadi lebih mengerikan rasanya.
Aku siapa?
Dan begitu setiap hari.
Friday, January 1, 2016
Lost
Bismillah...
It's January already. But I feel lost. Like. Literally lost.
Since September and getting worse since October, I've been living with a lot of burden. Like my last post. I feel like I want a suicide. But since I still remember that I have God, I choose to continue living. I just tell myself to write a post if I start feeling insecure or if that suicide thoughts coming. Like this moment.
I just can not decide what really myself want. Because my requirement of life is so simple: To be happy. To be grateful. And to be success.
I've been living for 22 years. And 2016, if Allah still give me chance, will be my 23th year of living. But 22 yo is the most complicated year I have ever experienced.
I feel like I did a lot of sins.
And 2016 will be my recovery year. I plan to 'downgrade' my salary by moving to another division at my office. To love myself better I decide to work something more enjoyable because my current job was too stressfull. Why not moving to another company? Because I still love my current company and I still had my 1-more-year contract.
I have some hard choices and I still can not decide what to choose. To start over or to continue.
Look. Like doing some writing like this helping myself a lot to think cooly and positively.
It is true that life is hard. But never forget that life is round. Sometime they give you sadness and next they give you happiness.
"Maya. Semangat ya. Aku akan terus kasih kamu semangat. Yha. Walaupun kadang semangat aja engga cukup" - Maya.
It's January already. But I feel lost. Like. Literally lost.
Since September and getting worse since October, I've been living with a lot of burden. Like my last post. I feel like I want a suicide. But since I still remember that I have God, I choose to continue living. I just tell myself to write a post if I start feeling insecure or if that suicide thoughts coming. Like this moment.
I just can not decide what really myself want. Because my requirement of life is so simple: To be happy. To be grateful. And to be success.
I've been living for 22 years. And 2016, if Allah still give me chance, will be my 23th year of living. But 22 yo is the most complicated year I have ever experienced.
I feel like I did a lot of sins.
And 2016 will be my recovery year. I plan to 'downgrade' my salary by moving to another division at my office. To love myself better I decide to work something more enjoyable because my current job was too stressfull. Why not moving to another company? Because I still love my current company and I still had my 1-more-year contract.
I have some hard choices and I still can not decide what to choose. To start over or to continue.
Look. Like doing some writing like this helping myself a lot to think cooly and positively.
It is true that life is hard. But never forget that life is round. Sometime they give you sadness and next they give you happiness.
"Maya. Semangat ya. Aku akan terus kasih kamu semangat. Yha. Walaupun kadang semangat aja engga cukup" - Maya.
Subscribe to:
Posts (Atom)