Friday, November 7, 2014

Gadis Gadis Sengsara

Bismillah...

I think this is crucial. I need to release this dangerous wild thoughts somewhere. At least here.

Adik saya adalah salah satu dari sekian gadis-gadis sengsara yang ada di muka bumi Indonesia. Kenapa? Karena dia suka menyaksikan sinema elektronik langganan stasiun televisi Indonesia yang sedang memasuki usianya yang ke-24 tahun. You must know what I mean. Saya tidak masalah dia suka menonton televisi. She need to be entertained anyway after whole day she spent her time studying. But the minus thing here is that sinetron.

This is not the first time, but i cant stand this anymore. Jika adik saya tidak bisa mendengarkan saya, biarkan saya mulai dengan menulis saja semuanya di blog.

Menurut saya, sinetron satu itu (dan lainnya) tidak punya nilai positif sekalipun. Saya tahu pasti semua orang banyak yang setuju akan hal ini karena toh KPI mengklasifikasikan tontonan ini ke dalam kelas tidak layak siar, or anything they called it. Bagaimana tidak, saya yang sudah mulai merasakan pulang kantor petang hari dan menginginkan istirahat ideal di malam hari harus mendengar dialog-dialog yang minta banget dikomenin saat saya masuk ke kamar (saya tidur dengan adik saya, dan di kamar kami ada tv which is never used by myself, and she is the one who control the remote).

"Tristan! Argh! Lepasin gueh argh!" ketika saya tengok, ada adegan wanita teriak-teriak seperti orang gila.
"Dulu gue pengen tau orang tua gue siapa, tapi sekarang apah? Gue ditelantarin." terus si wanita yang mendengarkan, di adegan itu, berkaca-kaca.
"Bangsa serigala tidak boleh menguasai darah suci, vampir pemburu harus dimusnahkan (saya lupa dialognya)", and those all things i heard successfully provoke me to let out my words like, "Dek, itu APAAN SIH?!" terus yang ditanya cuma ketawa.

Engga ngerti lagi...

Sebenarnya saya tidak peduli akan tayangan itu karena saya memilih untuk tidak menontonnya. Tapi saya khawatir dengan adik saya. Bayangkan. Setiap hari. Sepulang sekolah. Saya berkesimpulan bahwa adik saya sudah tercuci otaknya. And I cant let her get brainwahsed like that. But even I can lead other people I always failed when I lead her.

The other point is she's not always watching it, sometimes she plays her phone. This is not too helping because the sound still can be heard. And that sound is ALWAYS annoying me. Puncaknya adalah kemarin. Saya hampir selalu mengomentari suara-suara, terutama dialog yang menurut saya itu hanya buang durasi, yang keluar dari tv sampai pada akhirnya saya bilang, "Dek, itu bisa ngga nontonnya sambil di-mute?".

Huft.

But I still believe in her in any ways. I can still look at the way she studies. While exam's coming, she spend her time at the extra class and repeat them at home WITHOUT turn on the tv. I'll take this as her indicator. She's fine.

GGS. Please. Just. Go away.

No comments:

Post a Comment