Wednesday, March 11, 2009

Menulis di Atas Pasir

bismillah ..

kali ini, tulisan blog pertama gue yang gue tulis ngga pake ekspresi jayus dan ngelawak, tapi ekspresi sedih dan hampa.

"menulis di atas pasir"

maksud tulisan ini, ada kalimat sebelum dan sesudahnya, "jika sahabatmu membuatmu sedih dan terluka, tulislah lukamu di atas pasir , agar angin dapat cepat menghapusnya"

tapi, jujur, butuh perjuangan keras untuk pergi ke pasir itu. pertama kali dibuat temen terluka, cukup mudah untuk tabah dan melupakannya di esok hari dengan tawa dan ngga ngungkit-ngungkit lagi. tapi ngga tau kenapa, kayanya cobaan berat banget di SMA, temen-temen guesekarang, banyak kelebihannya tapi juga punya kekurangannya. tapi emang setiap orang punya perbedaan, "mereka bukan temen gue pas SMP", tapi sebagai manusia yang masuk ke ekosistem baru (SMA) kita harus pandai beradaptasi. itu lah yang gue lagi coba sekarang.

"mulutmu harimaumu"

temen gue emang ngga nusuk-nusuk atau mukul-mukul hati gue sampe sakit. cuma karena 'kata-kata" yang keluar dari mulutnya yang masuk ke telinga gue. di pertama kali temen gue mengeluarkan "kata-kata" itu, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. tapi ternyata, temen gue seperti ngga merasa (secara ngga gue bales, karena hati gue berlandaskan kalimat judul) , jadi dengan mudah temen gue mengulang lagi, lagi, lagi. (nada - andra and the backbone), sakit banget emang, apalagi pas lagi ngga mood "kata-kata" gue keluar gitu aja, tapi tanpa dosa temen gue itu cuma ngomong "ya ela may, bercanda". gue emang orang yang tipenya "menghibur orang" bukan "dihibur orang", menghibur dengan melawak gila sampai level gue turun dihadapan mereka, cuma demi tawa mereka keluar, demi semangat mereka keluar, walaupun level gue turun menjadi "anak gila", tetep gue lakuin, tapi dengan sangat kecewa, hal satu itu disalah gunakan, ternyata emang mereka belum mengerti gue, ya, itu emang ngga penting.

gue emang punya masa lalu yang menyakitkan , "dimanfaatkan" oleh oknum-oknum yang menganggap gue sahabatnya, padahal dengan tulus gue menganggapnya sahabat gue, tapi gue rasa, kalu dibandingkan, sahabat baru gue lebih parah dari sahabat gue dulu. sahabat suram lama gue itu, ngga pernah bercanda berlebihan yang nusuk hati, makanya dengan mudah gue bisa melupakan kesalahan-kesalahannya. ya, kalimat judul itu udah gue terapkan sejak lama. tapi kayanya, hari ini puncak kejayaan hati gue sakit. lagian dulu, sahabat suram gue dengan mudah dinetralkan dengan sahabat sejati gue, sehingga gue dibantu untuk menulis di atas pasir bareng-bareng, dan ini terasa sangat mudah.

tapi sekarang, gue terpisah dengan mereka, kita semua terpencar oleh takdir dan tersebar ke berbagai ekosistem berbeda. sekarang gue harus berjuang menulis di atas pasir sendirian. rasanya gue pengen teriak " GUE JUGA PENGEN DISAYANGI ATAU DIHORMATI, NGGA SEKEDAR DIZALIMI KARENA GUE MASIH PUNYA HATI KAYA LU SEMUA", tapi ternyata gue punya kalimat baru yang menyadarkan gue ;

"sesulit apapun menulis di atas pasir itu walaupun badai menerjang, demi temanku apapun aku lakukan"

yaaa, mungkin kesalahan ada pada diri gue, untuk itu gue instropeksi diri mungkin kesalahan terletak di diri gue, bukan mereka. mungkin gue terlalu mudah untuk memasukan "kata-kata" mereka kedalam hati gue. karena gue ngga mau persahabatan sekalipun pertemanan gue hancur hanya karena sifat keegoisan gue dateng. pokonya, demi tawa temen gue , demi bahagia mereka , sekalipun hati gue harus hancur , seengga nya mereka tahu, ini semua demi tawa dan semangat mereka. ini semua sulit kawan, sulit banget, but, it's all for you.

yaaa, gue akan lupakan semuanya.

kembali "menulis di atas pasir, demi tawa dan semangat orang yang terpenting dalam hidup gue"

No comments:

Post a Comment